Jumat, 23 November 2007

ILUSTRASI I

                                                           KALUNG MUTIARA

Alkisah ada seorang gadis cantik, kecil berusia 5 tahun, bermata indah. Suatu hari, ketika ia dan ibunya sedang berbelanja bulanan, gadis cilik itu melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Indah, meskipun harganya cuma 2.5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya.

Akhirnya sang Ibu setuju, katanya: "Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu juga harus kamu berikan kepada ibu." "Okay," kata si gadis setuju.

Merekapun lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari, sang gadis dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulangtahunnya juga diberikannya kepada ibunya. Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah taman kanak-kanaknya, ke gereja, ke supermarket, bermain, dan tidur, kecuali mandi. "Nanti lehermu jadi hijau," kata ibunya. Dia juga memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya.

Setiap menjelang tidur, sang ayah akan membacakan sebuah buku cerita untuknya. Suatu hari, seusai membacakan cerita, sang ayah bertanya kepadanya: "Anakku, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah." "Kalau kau memang mencintai ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada ayah." "Ya, ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain. Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus. Ayah juga ambil pakaian-pakaiannya yang terbaru. Tapi, jangan ayah ambil kalungku." "Ya, anakku, tidak apa-apa. Tidurlah." Sang Ayah lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata: "Selamat malam, anakku. Semoga mimpi indah."

Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayahnya bertanya lagi: "Anakku, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu." "Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu?" "Ya, jangan kalungku, dong. Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. Ayah masih ingat, kan? Itu mainan favoritku. Rambutku panjang, lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya, dan sebagainya. Ambillah, Yah. Asal ayah jangan minta kalungku. Ya?" "Sudahlah, nak. Lupakanlah," kata sang ayah.

Beberapa hari setelah itu, Si gadis cilik terus berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya, dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak. Beberapa hari kemudian, ketika ayahnya membacakan cerita, dia duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya, sambil berkata: "Ayah, terimalah ini".

Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya, dan ia melihat dengan penuh kesedihan, kalung tersebut berpidah ke tangan sang ayah. Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu Kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya. Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah, dan sangat mahal.

Ia telah menyimpannya begitu lama, untuk anak yang dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli.

Begitu pula dengan Bapa di Surga. Seringkali Ia menunggu lama sekali agar kita mau menyerahkan segala milik kita yang palsu dan menukarnya dengan sesuatu yang sangat berharga

                                                                   TEMBIKAR YANG INDAH

Sepasang suami-istri pergi belanja di sebuah toko suvenir. Setelah beberapa waktu melihat-lihat, mata mereka tertuju kepada sebuah tembikar yang indah. "Lihat tembikar itu," kata si istri kepada suaminya. "Kau benar, inilah tembikar terindah yang pernah aku lihat," ujar si suami. Saat mereka mendekati tembikar itu, tiba-tiba tembikar yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik."

Sebelum menjadi sebuah tembikar yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing.

'Stop! Stop!' Aku berteriak, tetapi orang itu berkata "belum!" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. 'Stop! Stop!' teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. 'Panas! Panas!' Teriakku dengan keras. 'Stop! Cukup!' Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum!"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. 'Stop! Stop!' Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku.

Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena dihadapanku berdiri sebuah tembikar yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.

Yak 1:2-4 "Saudara-saudaraKu, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda.

SEBUAH KURSI KOSONG

Seorang gadis mengundang pastor Paroki untuk datang ke rumahnya mendoakan ayahnya yang sedang sakit. Pada waktu pastor datang, ia mendapati seorang bapak tua yang sedang berbaring lemah di tempat tidur, dan sebuah kursi kosong di depannya.

"Tentu anda telah menanti saya", kata si Pastor.

"Tidak, siapakah anda?", tanya bapak itu.

Pastorpun memperkenalkan diri dan berkata, "Saya melihat kursi kosong ini, saya kira Bapak sudah tahu kalau saya akan datang."

"Oo, kursi itu," kata si Bapak, "Maukah anda menutup pintu kamar itu?"

Sambil bertanya-tanya dalam hati, Pastorpun menutup pintu kamar.

"Saya mempunyai sebuah rahasia, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan putri tunggal sayapun tidak tahu," kata si Bapak. "Seumur hidupku saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya pernah mendengarkan kotbah Pastor tentang bagaimana caranya berdoa, tapi semuanya itu berlalu begitu saja dari kepala saya. Semua cara sudah saya coba, tapi selalu gagal," lanjut si Bapak.

"Sampai pada suatu hari, tepatnya 4 tahun yang lalu, seorang sahabat karib saya mengajari suatu cara yang amat sederhana untuk dapat bercakap-cakap dengan Yesus. Dia mengajari saya begini: duduklah di kursi, letakkan sebuah kursi kosong di depanmu, lalu bayangkan Yesus duduk di atas kursi tersebut. Ini bukan hantuNya lho, karena Ia telah berjanji "akan senantiasa besertamu", kemudian berbicaralah biasa seperti halnya kamu sedang bercakap-cakap dengan saya saat ini."

"Sayapun mencoba cara yang diberikan teman saya itu, dan sayapun dapat menikmatinya. Setiap hari saya melakukannya sampai beberapa jam. Semuanya itu saya lakukan secara sembunyi-sembunyi, agar putri saya tidak menganggap saya gila kalau melihat saya bercakap-cakap dengan kursi kosong."

Si Pastor sangat tersentuh akan cerita Bapak itu, dan memberi dorongan agar si Bapak tetap melanjutkan kebiasaan berdoa tersebut. Setelah berdoa bersama, Pastorpun pulang.

Dua hari kemudian, si gadis memberitahu Pastor kalau ayahnya telah meninggal tadi siang.

"Apakah ia meninggal dengan damai?" tanya si Pastor.

"Ya, waktu saya pamit untuk membeli beberapa keperluan ke toko siang itu, ayah memanggil saya dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai saya, lalu mencium kedua pipi saya. Satu jam kemudian, pada waktu saya pulang dari berbelanja, saya mendapati ayah sudah meninggal."

"Tapi ada suatu kejadian yang aneh waktu ayah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk di atas tempat tidur dengan kepala tersandar pada kursi kosong yang ada di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat Pastor?"

Sambil mengusap air matanya, Pastor pun berkata, "Saya berharap kita semua kelak dapat meninggal dengan cara itu." (Anonim)

                                                                       BERMIMPI

Ada seorang gadis kecil berdiri di pinggir keramaian selagi ayahnya memberikan suatu kesaksian tentang apa yang telah diperbuat Tuhan Yesus dalam hidupnya. Dia menyaksikan bagaimana Tuhan telah menyelamatkan dia dan menarik dia dari gaya hidupnya sebagai seorang pemabuk.

Pada hari itu ada seorang sinis yang berdiri di antara kerumunan tersebut yang tidak tahan lagi mendengar segala omong kosong tentang agama tersebut. Dia berteriak, "Kenapa anda tidak duduk dan diam saja, orang tua. Anda hanyalah bermimpi."

Tak beberapa lama, orang skeptik ini merasa ada tarikan di lengan jaketnya. Dia menoleh ke bawah dan ternyata itu adalah gadis kecil ini. Anak itu menatapnya lekat-lekat dan berkata, "Tuan, itu adalah ayah saya yang anda bicarakan. Anda mengatakan ayah saya seorang pemimpi? Biar saya ceritakan kepada ada tentang ayah saya.

"Ayah saya dulu seorang pemabuk dan malam-malam pulang ke rumah, dan memukuli ibu saya. Ibu menangis sepanjang malam. Dan Tuan, kami tidak memiliki pakaian-pakaian bagus untuk dipakai karena ayah saya membelanjakan seluruh uangnya untuk whiski. Kadang-kadang saya bahkan tidak memiliki sepatu untuk dikenakan ke sekolah. Tapi lihatlah sepatu dan baju ini! Ayah saya mempunyai pekerjaan yang baik sekarang!".

Lalu sambil menunjuk ke suatu arah, dia mengatakan, "Apakah anda melihat seorang wanita yang sedang tersenyum di sana? Itu adalah ibu saya. Dia tidak menangis sepanjang malam lagi sekarang. Sekarang dia menyanyi."

Kemudian suatu pukulan yang hebat. Anak itu berkata, "Yesus telah merubah ayah saya. Yesus telah merubah rumah kami. Tuan, jika ayah saya sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan dia!" (Anonim)



                                 
                

Tidak ada komentar: