Kamis, 22 November 2007

Renungan


Kesetiaan

S
aya pernah punya seekor anjing kecil yang lucu, sebut saja namanya pindi.  Anjing ini meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi saya, karena ada beberapa hal yang membuat saya bisa belajar banyak darinya.
Suatu pagi saya berangkat melayani ke Bitung, anjing itu saya tinggalkan sendiri di dalam 
rumah, eh....sayalupa menyiapkan makanan untuk dia.  Saat malam hari saya pulang saya 
mendapatkan anjing itu diam tidak seperti biasanya, mungkin itu pertanda ia sedang kelaparan.  Ups........saya harus memberinya makan!!!  Maafkan 
saya pindi, demikian gumam saya dalam kalbu.Setelah makan, anjing itu kembali bermain dengan saya, dan saya 
berpikir anjing ini tetap 
menyayangi saya sekalipun saya berbuat salah.
Beberapa waktu kemudian di musim hujan saya lagi-lagi lupa memasukkan ia ke dalam rumah, pindi diguyur hujan dengan tali yang mengikat ia dileher.  Kasian, ia menggigil kedinginan.  Tapi heran, saat ia melihat saya, ekornya tetap bergoyang dan berlari seolah-olah ingin memeluk saya.  Sekali lagi saya bergumam dalam kalbu, ia tidak menyalahkan saya.  Apakah seekor anjing tidak mengenal kemarahan atau kebencian??
Hari yang paling menyedihkan adalah saat akhir ia bersama-sama dengan saya.  Waktu
itu dini hari, tiba-tiba ada darah dan bau amis merembes dari bawah pintu kamar tidur saya.  Saya terbangun dan membuka pintu.  Pindi mati di depan kamar saya, mungkin penyakit atau virus anjing menyerang dia, sampai sekarang saya tidak tahu penyebabnya, yang
saya tahu hanyalah "kesetiaan" pindi pada saya.  Ia mati di depan pintu kamar saya dan kepalanya berbantalkan sandal saya.
Dari sini saya bisa melihat bahwa seekor anjing kadangkala jauh lebih setia daripada manusia.  Seekor anjing kecil yang sayang kepada tuannya dan matipun di depan kamar tuannya.  Setia yah?!


                                                                                            
 Zamannya Norak

Baru saja saya pulang dari Mal Manado, kayaknya hari kemarin beda dengan hari ini.  Bedanya
gini:  Kalau kemarin saya jalan ke Mal, saya melihat sekeliling saya masih "nyambung warna bajunya dan celana/roknya, tapi hari ini...............Ada sich pernah yang nda nyambung tapi orangnya dikit malu-malu.  Sekarang??? malunya jadi malu-maluin, bukan nda disengaja, tapi memang SENGAJA.
Eh.....rupanya virus ini nyebar ke dalam gereja, ada juga gereja 4 lantai, model apartment, 
tapi warnanya........oke punya.  Lantai satu-empat mirip TK (Taman kanak-kanak or tidak konek).  Saya jadi kepikir, ada apa yah dengan dunia ini? Postmodern atau udah 
post-postmodern. Bingung!! 

                                                           Bayi
Yang paling menyenangkan adalah kalau dipeluk oleh bayi, apalagi ia nyandar di bahu,
rasa-rasanya ajaib, sampai nda mungkin dapat dilukis dengan kata-kata.  Kalau ia
senyum atau tertawa sama kita, wah.....rasa-rasanya tidak dapat diungkapkan dengan sejuta bahasa.  Kalau ia mau digendong oleh kita, serasa bangga bercampur haru menyatu menggerogoti tulang.  TAPI........Kalau bayi
 kita lebih memilih memeluk, tertawa, digendong oleh orang lain, dan tidak kepada kita, ah....
hati ini kecewanya minta ampun.  Namun, kita tidak akan mampu membentak dia, karena kasih
kita jauh lebih besar daripada kekecewaan kita.  Apakah mungkin Allah kita juga memiliki perasaan yang sama??   

                                                                         Kasih atau kasih
Di depan gereja ada pengemis yang kepalanya cacat, saat ia duduk di trotoar jalan ia menatap gereja.  Saya memperhatikan pengemis tua itu dan dalam hati saya pingin memberinya sedekah.  Namun, pengemis itu punya tuan yang mengontrol seluruh aktifitasnya.  Jadi, kalau saya memberinya sama saja saya memberi kepada tuannya, tapi kalau tidak, pengemis itupun tidak bakalan dapat persen dari tuannya.  Saya bertanya dalam hati "kasih ataukah kasih"??
















Tidak ada komentar: