Minggu, 16 Desember 2007

Puisi Natal

NATAL SEORANG BURUH KECIL
Oleh: John Dami Mukese *


Minta maaf ya Tuhanku
Aku masih sibuk bekerja
sementara banyak orang mengalir
rayakan Natal-Mu di gereja
Padahal aku sendiri
tak pernah berpikir
kapan harus berhenti
lalu pergi juga menerima Gusti

Kautahu, Tuhan, keadaanku
Kau pasti tidak membenarkan aku
pergi sendiri ke gereja
sedang istri dan kelima anakku
tinggal menyepi di rumah

Jauh sebelum Natal-Mu tiba
mereka merengek dibelikan baju
Tetapi Kaulihat sendiri, Tuhan
hingga kini kantongku tak pernah penuh

Tuhan, kuundang Kau Natal saja
di rumahku malam ini
Aku rindu Kau menyaksikan
betapa bahgia kami sekeluarga
menyambut datang-Mu tak pandang muka

Kami tidak layak ya Tuhan
Natal di gereja-Mu megah
Tapi Kau pasti rela
Natal di rumah kami dina
Karna Kau bukan semulia Allah
bayangan pembesar-pembesar dunia
yang selalu enggan memperhatikan
kebutuhan keluarga kami dina

Mari Tuhan
kita ke sana
sebelum terlambat!


BILA KITA MERAYAKAN PENEBUS LAHIR
Oleh: Dr Fridolin Ukur *


Bila kita rayakan kelahiran penebus
kedatangan Kristus di diri Sang Yesus,
marilah kita ingat:
ada daerah bersesakan gubuk
padat kemelaratan sesak menyiksa;

ada daerah terasing jauh
sunyi sendiri
dihuni penduduk tak kenal huruf;

ada insan berjuta ragam
menekan perut menahan lapar;

ada rakyat yang tak bebas lagi
tak kenal esok, hari yang bisa dinanti;

ada wilayah bermandi cahaya
penuh canda, tawa dan pesta
gebyar kemewahan kemilau harta;

ada pusat-pusat kekuasaan
tempak maraknya korupsi dan kolusi
di mana cinta dapat dibeli;

Bila kita rayakan kelahiran penebus
Kedatangan Kristus di diri Sang Yesus
Marilah kita ingat:

Ia datang untuk semua
Merangkul kembali umat manusia
Supaya cinta utuh kembali
Mengganti keasingan di hati sepi.


MEDITASI-MEDITASI DI MALAM NATAL
Oleh: F Rahardi *


Pada bulan Desember ini
kami seret lapar dan haus kami
menghadapmu
piring-piring surgawi
jejalilah mulut kami dengan
tahi para nabi
agar kami cukup makan sebulan sekali
agar mulut kami berhenti
menyanyikan suara-suara
menuntut dan bertanya-tanya

pada bulan yang suci ini
kami menghadapmu
wajah-wajah konyol
jahitlah mata kami dengan
rambut para nabi
dan kami akan berhenti meyakini
warna-warna palsu,
cakrawala-cakrawala palsu

pada bulan yang kudus ini
kami sujud di hadapanmu
suara-suara sepi
sumbatlah telinga kami dengan
ayat-ayat suci
sebab cukuplah kiranya
telinga kami mengenyam bunyi-bunyi
lagu-lagu palsu itu

pada bulan Desember ini
kami menghadapmu
demensi-demensi konyol
tutuplah hidung kami dengan
napas abadi
hingga tak kami hisap lagi
bau-bauan semu
wangi bunga lely
wangi duniawi.